Rabu, 11 Juli 2012

Membuka Rahmat Allah #2

Si Mbak


Aku sudah mantap.
"Assalamu'alaikum..."salamku ramah.
Perasaan itu mengalir begitu saja. Ragu yang tadi ada kini mencair entah kemana. Semua terasa melegakan.
"Mbak...aku minta maaf atas kesalahanku dulu," kataku sambil mengulurkan tangan.
Ia mengulurkan tangan menyambut uluran tanganku, dan kami tak jua melepaskan genggaman ini.
"Aku yang seharusnya minta maaf,"ucapnya.
"Tidak,Mbak. Aku yang seharusnya minta maaf karena aku telah melakukan kesalahan padamu,"sahutku begitu lancar tanpa ada sedikitpun keraguan.
Hening sejenak,namun aku tak kuat untuk mengucapkan isi hatiku.
"Aku sekarang sadar setelah merenung, kenapa aku tidak konfirmasi dahulu sebelum memutuskan sesuatu. Semua itu seperti keputusan sepihak."
Aku
"Aku juga salah. Aku sadar aku lemah untuk mengendalikan emosiku. Aku terlalu kasar padamu saat itu. Aku yang seharusnya minta maaf padamu dulu, tapi aku malu untuk memulai."
Kami berpandangan dan saling tersenyum :) .
"Aku malu padamu. Aku pengecut. Aku tidak marah padamu,tapi aku menyesali ketidakberanianku."
"Bagiku kamu pemberani,Mbak. Kamu mau merenungi peristiwa itu dan menyadari apa yang menjadi kekuranganmu sudah cukup bagiku."
>_<
Dan kenyataannya kami memiliki satu kesamaan: sudah tak ada amarah sejak lama namun malu untuk menyapa meskipun hati sudah biasa saja.
(End)

0 komentar:

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Posting Komentar